Alasan Bahar Gunakan Pakaian Hitam Saat Sidang – Habib Bahar bin Smith kembali jalani persidangan atas pendapat masalah penganiayaan pada dua remaja. Sidang di bulan Ramadhan, Bahar tampil beda dengan baju serba hitam.
Sidang kelanjutan itu diadakan Pengadilan Negeri (PN) Bandung di Gedung Arsip serta Perpustakaan, Jalan Seram, Kota Bandung, Kamis (9/5/2019). Habib Bahar masuk bersama dengan dua terdakwa yang lain Habib Agil Yahya serta Habib Basith seputar jam 10.10 WIB.
Bahar tampil berlainan kesempatan ini. Ia yang umumnya memakai gamis putih serta peci putih sepanjang persidangan, sekarang penampilannya serba hitam. Pria memiliki rambut pirang panjang ini memakai baju hitam serta peci hitam. Bahar kenakan sarung berwarna hijau. Sesaat dua terdakwa lain, kenakan pakaian seperti biasa serba putih
Masuk ke ruangan sidang, Bahar serta dua terdakwa lain langsung duduk di kursi menghadap majelis hakim. Habib Bahar akui sehat waktu diberi pertanyaan majelis hakim.
“Saudara sehat?” bertanya ketua majelis hakim Edison Muhammad di persidangan.
“Sehat,” sebut Bahar.
“Puasa saudara?” kata Edison.
“Puasa,” tutur Bahar.
Ketiganya lalu disuruh hakim untuk beralih duduk ke samping pengacaranya. Hakim lalu minta saksi memudahkan yang diserahkan team pengacara Bahar didatangkan.
Pengacara Bahar lalu menyebut dua orang saksi memudahkan. Kedua-duanya yaitu Hamid Isnaeni serta Nurcholis. Mereka dimaksud datang dari Bali yang berjumpa dengan dua korban Cahya Abdul Jawa barat serta Muhammad Khoerul Aumam Al Mudzaqi alias Zaki yang akui Habib Bahar di Bali.
Habib Bahar dituduh lakukan penganiayaan pada dua remaja Cahya Abdul Jawa barat serta Muhammad Khoerul Aumam Al Mudzaqi. Tuduhan jaksa sudah menguraikan detil tindakan penganiayaan yang dikerjakan Bahar.
Dalam tuduhan, Bahar dijaring masalah berlapis yaitu Masalah 333 ayat 1 serta/atau Masalah 170 ayat 2 serta/atau Masalah 351 ayat 1 juncto Masalah 55 KUHP. Jaksa mendakwa Habib Bahar dengan Masalah 80 ayat (2) jo Masalah 76 C Undang-Undang Nomer 35 Tahun 2014 mengenai Pergantian atas Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2002 mengenai Perlindungan Anak.