Bila Palestina Terus Diserang Peperangan Maka Dunia Akan Tersakiti – Instansi kemanusiaan Tindakan Cepat Responsif (ACT) begitu masif memperhatikan situasi beberapa bencana kemanusiaan baik di negeri ataupun luar negeri. Ditambah lagi, belakangan ini Palestina yang semenjak sekian tahun sudah alami waktu peperangan, sekarang kembali memanas diawalnya Ramadan.
Presiden ACT Ahyudin bahkan juga memandang jika Palestina ialah acuan perdamaian dunia. Bila Palestina terus ditabrak peperangan, karena itu dunia akan rasakan sakit juga.
“Kami yakini sekali jika selama Palestina tidak damai, selalu ditabrak peperangan, karena itu dunia akan berasa sakit semua,” tutur Ahyudin di Jakarta, Selasa (7/5/2019).
Oleh karenanya, Ahyudin ajak semua warga, khususnya di Indonesia yang sebagian besar kaum muslim untuk sama-sama menolong negara yang dikatakannya jadi negara pertama yang mengaku kemerdekaan Indonesia.
“Mari bangkitlah pergerakan kemanusiaan, bantulah, tolonglah saudara kita di Palestina. Karenanya membutuhkan sekali. Bagaimana mungkin dalam kondisi keadaan semacam ini mereka dapat hidup normal seperti kita, mencari nafkah,” katanya.
Bahkan juga, menurut Ahyudin, tanpa ada serangan Israel kemarin juga, sebab Palestina ini negara yang sedang dijajah berlama-lama kemiskinannya telah sampai 85 %.
“85 % masyarakat Gaza di Palestina itu hidup dengan pertolongan dari bangsa lain. Jadi tanpa ada pertolongan itu musnahlah kehidupan itu. Serta kita tidak mau melihat Gaza itu dengan perlahan-lahan tetapi tentu yang lalu hancur kehidupannya,” katanya.
ACT sendiri telah semenjak 10 tahun kemarin sudah berperan mengalirkan pertolongan untuk masyarakat Gaza. Bahkan juga ACT mempunyai kantor tertentu di kota itu.
Tetapi, walau sudah lama, Ahyudin akui pihaknya masih susah untuk jalan masuk ke jalan Gaza. Bahkan juga dari negara Mesir sekali juga.
“Kami berulang-kali coba masuk langsung, tidak dapat. Jalan dari Mesir tidak dapat, dari jalan Israel, ditambah lagi tidak dapat,” katanya.
Ahyudin memberikan tambahan, seringkali ACT mengirim relawan ke Gaza melalui Mesir, mengharap masuk pintu itu pun tidak diizinkan. Dia juga memandang Palestina seakan jadi penjara paling besar yang susah untuk dijamah oleh orang yang memedulikan mereka.
“Rupanya Mesir pun tidak berteman dengan Palestina. Jadi Palestina benar-benar jadi penjara paling besar di dunia. Jadi bukan hanya Israel, siapa juga yang tidak perduli pada Palestina, ia memenjarakannya , termasuk juga Mesir,” katanya.
Oleh karenanya, lanjut Ahyudin, semenjak 10 tahun, pihaknya harus memakai partner lokal di Gaza untuk mengalirkan pertolongan.
“Di Gaza itu banyak instansi kemanusiaan yang menurut saya dapat dipercaya, legal, punyai rekam jejak yang bagus. Jadi kita tetap memakai rekanan lokal disana,” katanya.